9.8.11
my (current) storybook
1.8.11
Friday Night Out
17.5.11
the eyes says it all...
14.5.11
Miskomunikasi Multikultur
18.3.11
Me vs Kartu Kredit skor 3:4
Well, tentu saja itu pemikiran anak kecil yang masih awam karena pada dasarnya pada saat tergesek itulah maka Papa secara langsung berhutang kepada bank asing 4 huruf sang penerbit kartu, dan utang tersebut harus dibayar sebelum jatuh tempo atau akan dikenai sanksi. Setelah beberapa kali melihat pandangan bingung nan takjub di muka saya manakala Papa mengeluarkan kartu ajaibnya tersebut, maka suatu hari beliau berkata, “de, ini namanya kartu kredit, biar gampang kalo ngajak makan nasabah”, masih dengan pandangan takjub daku saat itu mengangguk-angguk sok ngerti, padahal masih puzzled.
Yak, benda kecil nan ajaib itu namanya Kartu Kredit alias Kartu Utang alias (versi mamaku) Kartu Setan. Kenapa Kartu Utang, karena dengan menggunakannya maka secara langsung kita mendeklarasikan bahwa kita memiliki utang kepada sang penerbit kartu yang telah membantu kita membayar terlebih dahulu apa yang kita butuhkan/inginkan/impulsive-kan…hahahha….dalem ya yang terakhir *wink* Kenapa Kartu Setan, ya itu tadi benda kecil ini memenuhi hasrat impulsive kita akan sesuatu (barang pada umumnya) dan menurut mama impulsive = nafsu, dan nafsu biasanya ditiupkan oleh setan, kyahahahaha…emak gue emang paling bisa!
Tumbuh besar dan akhirnya menjadi pekerja di rantau membuat interaksi langsung dan tidak langsung dengan sang kartu ajaib ini lebih intens. Jika dahulu terpesona oleh sosok Papa yang punya kartu ajaib, sekarang Alhamdulillah merasakan ikut memiliki kartu ajaib ini. Daaaaannn……akibat kebiasaan buruk daku di masa lampau yang easily fall and say yes pada rayuan marketing kartu kredit, maka I ends up owning 4 different cards from 3 different banks.
5 tahun lamanya menikmati nyamannya berbelanja dengan kartu kredit dan menikmati beberapa privilege sebagai pemegang kartu kredit sukses membuat daku terlena, sehingga bisa dipastikan bahwa pelan tapi pasti daku menumpuk hutang! Nggak tanggung-tanggung, karena hampir seluruh limit kartu tersebut saya pakai, maka hutang saya mencapai 2 digit jutaan rupiah *jleb! Jleb! Jleb!*
Karena punya penghasilan yang Alhamdulillah cukup untuk menghidupi diri sendiri sekaligus mencicil utang-utang tersebut, maka bertahun tahun daku merasa adem ayem nyaman tentram gemah ripah lohjinawi *jambak!* dan tidak merasa terbebani dengan angka hutang yang fantastis itu (sssttt…..jangan bilang-bilang mama ya, bisa disuruh cuci piring warga sekomplek kalo beliau sampe tau..sssttt :p), eh tapi tapi tapi . . . . . belakangan mulai wondering, kan tiap bulan udah dicicil tapi perasaan utangnya gak turun-turun nominalnya, malah cenderung bertambah, ada apa ini??? *bertanya pada Arumi*
Selidik punya seruduk, ternyata meskipun dibayar rutin, tapi karena diimbangi kegiatan belanja yang juga rutin (sebagaimana wanita sejati pada umumnya), jadi yah pada dasarnya daku gak mbayar apa2, APAAA!!! *zoom in-zoom out ala cinta fitri season 7*
Bagai geledek di siang bolong, daku (akhirnya!) mulai berpikir, kalo begini caranya berarti suatu hari di masa depan daku akan tenggelam dalam hutang, dan siapa yang harus membayarnya????*bakal dapet warisan Kong Ali gak ya?*
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, pada 31 Desember tahun lalu daku diberikan jalan untuk bertemu dan berdiskusi dengan teman-temanku yang punya sejuta misi dan punya sejuta advis luar biasa untuk dipertimbangkan. Pada sesi curhat tentang si kartu ajaib ini, satu suara dan satu hal utama yang mereka tekankan adalah BAYAR UTANG BAYAR UTANG BAYAR UTANG, LUNASIN itu semua UTANG kartu dan GUNTING, BUANG smua ke tempat sampah! Whew…ekstrim ya, dan jujur saja saat itu daku merasa seperti digampar bolak balik kiri kanan depan belakang atas bawah (soalnya gak mempan kalo cuma kiri-kanan :p). Mereka memaksa daku agar memasukkan melunasi kartu kredit sebagai prioritas numero uno resolusi 2011, and I did put in on my 1st priority.
Sebagai sebuah resolusi, maka kegiatan tersebut harus kudu wajib dilaksanakan bukan? (well…that’s why dinamakan resolusi). Dengan berat hati, berat jiwa dan berat dompet tentunya, akhirnya pelaksanaan resolusi menunjukkan titik terang,
Alhamdulillaaaaahhh……*lap peluh* setelah bongkar celengan dan puasa belanja (I was on a black period), akhirnya 3 dari 4 tagihan kartu kredit yang menghantui stiap bulannya berhasil daku bayar lunas, ya LUNAS, Alhamdulillah…. tapi untuk steps GUNTING dan BUANG belum berani daku laksanakan karena pada dasarnya one way or the other daku masih butuh kartu ajaib itu for various emergency cases (one can’t be too much prepare kan ya?). Tiga dari Empat, berarti masih ada satu lagi dong Nis? Yak pemirsa benar, masih ada satu tagihan lagi yang harus saya bayar, tapi Alhamdulillah, tagihannya sudah sangat minimal sehingga Insya Allah dapat dilunasi dalam waktu dekat, doakan yaaa *crossing finger* Sebagai sebuah resolusi yang pernah di declare di depan teman-temin, maka sesaat setelah status lunas itu daku peroleh maka daku pun ‘melapor’ dan ini responsesnya:
Enji : “Alhamdulillah”
Ninik : “hebat Nisa, hebat, tetap semangat ya ”
Damar : “3 out of 4, that’s hilariously wonderful!”
Eti : “I am so proud of you *sambil meluk*”
Berbekal pengalaman daku, sebagai sebuah produk perbankan dengan tambahan privilege yang melekat padanya, maka Kartu Kredit hanya boleh dimiliki dan digunakan oleh mereka yang:
- punya kesadaran penuh bahwa itu hanyalah fasilitas pinjaman lunak yang WAJIB dibayar
- gak gampang laper mata ama tas/baju/sepatu/gadget keren terbaru
- punya unlimited source of fund untuk mbayar tagihan (biar gak dikejar debtcoll kekar)
- mobile dan memuja kepraktisan (biasanya si kategori ini udah punya unlimited kategori 3)
- dan sebagainya dan silahkan diteruskan…..
met wiken epribodi :)
14.2.11
a 14 of February - Monday
Lots of love, lots of smile, lots of hope, lots of tears....
4.2.11
Semangaaaatttt.....!
Salam Semangat buat Acid yang lagi OJT di Batam selama 3 bulan (dengan fasilitas minim, ini semua ujian, sabar ya adikku)
Salam Semangat buat Mas Iwan dan Mbak Ayu yang sedang berjuang sebagai perantau di negeri orang
dan yang terakhir.....
Salam Semangat buat saya sendiri, moga tidak ter-demotivasi.....amin..... :)
-hepi wiken epribodi-